Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Jumat, 23 November 2012

Soham, Latihan Spiritual yang Tepat

A. A. Gede Raka

Apa yang dicari manusia yang tenggelam dalam lautan penderitaan di alam semesta yang mahaluas dan tidak terbatas ini? Untuk apa ia melakukan latihan spiritual? Sejumlah orang mencari kepuasan dalam hal-hal duniawi, beberapa lainnya membuang-buang waktu mereka yang berharga untuk mencari pemuasan bagi aneka keinginan mereka yang tidak terpenuhi. Lainnya lagi menempuh jalan spiritual karena ingin mendapatkan dharsan ‘melihat’, sparshan ‘menyentuh’, dan sambhashan‘ mendengarkan perkataan’ Sang Avatar.

Manusia merenungkan Tuhan sebagai Brahma, Vishnu, dan Maheswara. Akan tetapi, ini bukan Tuhan dengan wujud manusia. Mereka tidak berwujud dan tidak mempunyai suatu tempat tinggal tertentu. Bila diselidiki sifat wujud mereka, akan jelaslah bahwa mereka hanya mempunyai sejumlah sifat, tanpa wujud tertentu.

Ada dikatakan, ”Ishawarah sarva bhutanam.” Artinya, Tuhan bersemayam dalam setiap makhluk yang tidak terlihat? Apa guna renungan semacam itu?

Tuhan adalah napas hidup manusia yang dapat dirasakan dan didengarkan. Bagaimana kita dapat mengenali dan mengalami suara napas Tuhan ini? Dalam kitab-kitab Upanishad napas Tuhan yang tidak terlihat di dalam diri manusia ini dinamakan Brahman dan Atma.

Apakah makna Ishwarattva ‘asas Shiva? Ini dapat dipahami sebagai napas soham yang suci yang timbul dari diri manusia. Soham artinya ‘Aku adalah Itu’ (Tuhan Yang Mahabesar).Suara napas dalam diri manusia yaitu “Soham” memperlihatkan sifat dan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Bila kita berusaha merenungkan wujud tanpa mengenali suara, kita tidak akan mampu memahami sifat Tuhan.

Soham bersifat sattvika. Wujud ditentukan oleh sifat. Sattvaguna atau ‘sifat sattvika’ ini adalah Ishwarattva ‘prinsip Shiva’. Ada prinsip lain yang timbul dari napas suci ini yaitu Vishnuttva ‘prinsip Vishnu’. Apakah wujud prinsip Vishnu ini? Perasaan-perasaan yang ada di dalam manas. Dengan kata lain manas adalah prinsip Vishnu. Ada wujud lain lagi yang timbul dari pusar Vishnu, yaitu Brahma. Brahma adalah vakswarupa ‘mewujud sebagai kemampuan bicara’. Dengan demikian prinsip Brahma, Vishnu, dan Maheswara timbul dari soham tattva dalam diri manusia sendiri.

Dalam Trimurti ini Shiva adalah soham tattva, Vishnu adalah manas, dan Brahma adalah vakswarupa ‘mewujud sebagai kemampuan bicara’. Ini berarti setiap perkataan yang timbul dari manusia adalah Brahma, setiap tekad (sangkalpa) yang timbul dari manas adalah Vishnu, dan setiap napas yang keluar dari tubuh adalah Ishwara. Dengan demikian Tuhan meliputi seluruh tubuh manusia.Tubuh itu hidup selama napas kehidupan timbul dari tubuh. Manas terbentuk dari sangkalpa ‘ketetapan hati’ dan vikalpa ‘penolakan, atau pemutusan’. Inilah prinsip Vishnu.

Ada dikatakan Shabda Brahmamayi ‘suara adalah Brahman’. Characharamayi ‘yang meliputi seluruh alam semesta, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak adalah Brahman’. Vangmayi ‘perkataan adalah Brahman. Durga, Lakshmi, danSaraswati merupakan perwujudan ketiga hal ini yaitu suara, sifat meliputi segala sesuatu atau ada di mana-mana, dan perkataan. Suara soham ini ada dalam napas setiap manusia. Tidak ada napas tanpa suara soham ini. Demikian pula, tanpa manas tidak mungkin timbul sangkalpa ‘ketetapan’, dan tanpa sangkalpa tidak bisa timbul perkataan. Dengan demikian terdapat hubungan yang tidak terpisahkan dan saling tergantung antara suara soham, ketetapan manas, dan perkataan.

Manas timbul dari mana? Manas timbul dari sangkalpa ‘ketetapan’ dan vikalpa ‘pengingkaran atau penghancuran’. Pada gilirannya mereka timbul dari sifat shabda ‘suara’. Suara adalah prinsip Brahma (Brahma tattwa) yang sejati. Pada hakikatnya prinsip soham dalam Brahma tattwa adalah atmatattwa. Karena itu, agar memahami atmatattwa, kita harus mengenali sifat swasa ‘napas Tuhan’.

Soham juga disebut sebagai Hamsa Gayatri.”So (sah)” artinya ‘itu’.”Ham (aham)” artinya ‘aku’. Dengan demikian soham artinya ‘Aku adalah Itu (Tuhan Yang Mahabesar)’. Apa yang dimaksud dengan ‘itu’? Apa yang menyatakan diri sebagai “Aku adalah Itu”? Apakah pikiran? Jika demikian, pikiran menjadi maju dalam perjalanan spiritual, jika kita menghandalkan pikiran yang demikian tidak mantap?

Sesungguhnya manas ‘peralatan batin yang fungsinya untuk berpikir’ adalah perwujudan Vishnu yang meliputi segala sesuatu. Tanpa manas semacam itu tidak mungkin ada napas (swasa). Karena adanya napaslah ,maka manas dapat berfungsi.

Pada waktu kita duduk untuk bermeditasi pada prinsip soham, akan didapati bahwa suara “so” masuk pada waktu kita menghisap napas sedangkan suara “ham” keluar pada waktu menghembuskan napas. Proses ini harus diamati dengan saksama. Di sini “so” berkaitan dengan prinsip ketuhanan sedangkan “ham” berkaitan dengan ahangkara ‘ego atau rasa keakuan’. Dengan demikian, pada waktu Tuhan masuk ke dalam tubuh, ego meninggalkan kita.

Prinsip ketuhanan yang telah masuk ke dalam tubuh ini harus dipertahankan dalam system tubuh dengan proses menahan napas (kumbhakam). Orang-orang yang melakukan sadhana pranayama menyebut proses ini sebagai puraka ‘menghirup napas’, kumbhaka ‘menahan napas’, dan rechaka ‘menghembuskan napas’.

Soham atau Hamsa Gayatri dilakukan dengan menghirup napas dari satu lubang hidung pada waktu mengucapkan “so”, lalu napas ditahan sebentar, setelah dihembuskan keluar dari lubang hidung lainnya sambil mengucapkan “ham”. Agar memperoleh hasil yang paling baik pada waktu melakukan sadhana soham, kita harus memperhatikan supaya ketiga proses (menghirup, menahan, dan menghembuskan napas) dilakukan dengan mengikuti waktu yang benar. Bila orang melakukan pranayama tanpa mengindahkan pengaturan waktunya, hal itu dapat membahayakan hidup. Waktu yang harus digunakan untuk ketiga proses: puraka, kumbhaka, dan rechaka harus tepat sama. Waktu merupakan hakikat sadhana pranayama karena Tuhan adalah perwujudan waktu.

Ketetapan (sangkalpa) kita harus selalu bersifat baik dan murni (sattvika). Agar kita mempunyai ketetapatan yang baik da suci, maka napas (swasa) kita harus murni. Dengan demikian prinsip Brahma, Vishnu, dan Maheswara satu sama lain saling tergantung dan tidak terpisahkan. Mereka satu dan sama. Kita harus berusaha memahami sifat-sifat dasar kemanunggalan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar