Yayasan Dharmasastra Manikgeni

Kantor Pusat: Jalan Pulau Belitung Gg. II No. 3 - Desa Pedungan - Denpasar BALI 80222. Hp/WA 0819 9937 1441. Diterbitkan oleh: Yayasan Dharmasastra Manikgeni. Terbit bulanan. Eceran di Bali Rp 20.000,- Pelanggan Pos di Bali Rp 22.000,- Pelanggan Pos di Luar Bali Rp 26.000,- Tersedia versi PDF Rp 15.000/edisi WA ke 0819 3180 0228

Jumat, 23 November 2012

Dana Punia Sadhana Utama di Zaman Kali

Mangku Pasek Swastika


Dari segi arti, dana punia disebutkan suatu pemberian tulus ikhlas sebagai salah satu bentuk pengamalan ajaran dharma yang harus dihayati dan diamalkan. Dana punia ini dituangkan dalam Bhisama Pandita PHDI Pusat No: 01/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/X/2002.

Selanjutnya disebutkan berupa pemberian, dapat berupa nasehat/wejangan atau petunjuk hidup yang dapat merubah keidupan seseorang menjadi lebih baik disebut Dharmadana. Berikut pemberian dapat berupa pendidikan disebut Vidyadana. Selanjutnya pemberian dapat berupa harta benda disebut Arthadana yang bertujuan untuk menolong atau menyelamatkan seseorang atau masyarakat.

Dana Punia sebagai wujud dharma mempunyai peranan penting dan haus serta wajib menjadi kenyataan dan dijalankan oleh semua umat sesuai dengan keberadaan dan kemampuan masing-masing, seperti diamanatkan dalam Wrhaspati Tattwa 26, yakni Sila-tingkah laku yang baik, Yadnya-pengorbanan suci, Tapa-pengendalian diri, Dana-pemberian, Prawjya-menambah ilmu pengetahuan suci, Diksa-penyucian diri/dwijati, dan Yoga-hubungan dengan Tuhan. Karena itulah setiap umat wajib secara utuh dapat mengamalkan ajaran dharma agama tersebut.

Lain dari pada itu, tujuan pokok dan ajaran dana punia adalah untuk menumbuhkembangkan sikap mental yang tulus pada diri pribadi umat manusia dalam melaksanakan ajaran Wairagya, yaitu ketidak terikatan (keikhlasan) pada diri seseorang. Di masyarakat, ajaran atau tindakan dana punia umumnya dalam wujud materi berupa benda-uang. Namungguhnya un setidaklah demikian adanya. Di atas telah disinggung beberapa wujud dana punia dimaksud.

Disebutkan, dengan ber-dana punia akan memberikan jalan bagi umat manusia mencapai kesempurnaan hidup dan tidak terikat akan duniawi, karena apa yang mereka punyai akan terselamatkan serta menjadikan orang lain sebagai penampung suatu kelebihan dalam hal kebendaan yang dipunyai seseorang, sehingga disini terjadi pemerataan dalam keadilan.

Dana Punia juga mengajarkan umat manusia peduli dengan sesame. Hal ini sesuai dengan ajaran Tat Twam Asi yang memandang orang sama dan sebagai bagian dari diri sendiri, terutama saat memerlukan pertolongan, sehingga akan memberikan serta menimbulkan kebahagiaan hidup yang sejati, seperti diamanatkan dalam kitab suci Veda, yaitu Vasudhaivakutumbakam, semua makhluk adalah bersaudara.

Dalam ajaran sastra Hindu ada disebutkan, bahwa landasan sastra dari pada dana punia disebutkan sebagai berikut. "tapah param karta yuge, tretayam jnana muccyate, dwapare yajnawaewahur, danamekam kalao yuge." Artinya, bertapa adalah prioritas di jaman Kerta Yuga, di jaman Treta Yuga prioritas jnana, jaman Dwapara upacara yadnya, sedangkan di jaman kali prioritas beragama adalah ber-dana punia.

Dalam Sarasamuscaya disebutkan, "Apan ring tribhuana, yan hana meweh kagawayaniya, lena sangkeng dana, agong wi kang trsna ring artha, apan ulihning kasakitanikang artha katemu." Artinya, sebab di tiga dunia ini tidak ada yang lebih sulit dilakukan daripada ber-dana punia, jika ia sangat terikat hatinya kepada harta benda, karenanya bersakit-sakitlah ia dari harta benda yang diperoleh itu.

Selanjutnya dalam Slokantara disebutkan, "Tithau dasagunam, danam grahane satamewa ca,kanyagate sahasrani, anantam yogantakale." Artinya, dana punia yang diberikan di bulan purnama dan bulan mati menyebaban sepuluh kali kebaikan yang diterima, jika waktu gerhana membawa pahala seratus kali, jika di hari suci sradha, pemujaan kepada leluhur menjadi seribu kali lipat dan jika dilakukan di akhir yuga (Zaman Kali), tak terbatas pahala kebaikan yang diterimanya.

Dalam kitab suci Veda ada disebutkan juga tentang dana punia tersebut, antara lain sebagai berikut: semoga kita dapat mengabdikan diri menjadi instrument Tuhan Yang Maha Esa dan dapat membagikan keberuntungan kita kepada orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan (Rg.Vedha.I.15.8). Hendaknya mereka memperoleh kekayaan dengan kejujuran dan dapat memberikan kekayaannya itu dengan kemurahan hati, mereka tentunya akan dihargai oleh masyarakat. Semogalah mereka tekun bekerja dan meyakini kerja itu sebagai bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa (Rg.Vedha.I.15.9).

Berdermalah untuk tujuan yang baik dan jadikanlah kekayaanmu bermanfaat. Kekayaan yang didermakan untuk tujuan luhur tidak pernah hilang. Tuhan Yang Maha Esa memberikan jauh lebih banyak kepada yang mendermakan kekayaan untuk kebaikan bersama (Atharva Vedha.III.15.6).

Hendaknya bekerjalah kamu seperti dengan seratus tanganmu dan mendermakan hasilnya dengan seribu tanganmu. Bila kamu bekerja dengan kesungguhan dan kejujuran, hasil yang diproleh akan berlimpah ruah-beribu kali. Bagi yang mendermakannya, sesuai dengan keperluannya, Tuhan Yang Maha Esa akan menganugrahkan rahmatnya (Atharva Vedha.III.24.5).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar